Posted by : Unknown
Jumat, 24 Mei 2013
Unsur Kebudayaan
Pengetian Kebudayaan dan Peradaban
Menurut Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah
buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut
Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia:
“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar”.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
1. Sistem kepercayaan
Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia,
maka masyarakat Indonesia sebelum adanya pengaruh Hindu-Buddha juga
telah mempercayai adanya kekuatan di luar diri mereka. Hal ini juga
tidak terlepas dari kehidupan mereka.
yang berladang dan bersawah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme.
a. Animisme
kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang
b. Dinamisme
kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
c. Totemisme
kepercayaanmenghormati binatang-binatang tertentu untuk dipuja dan dianggapnya seketurunan
yang berladang dan bersawah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme.
a. Animisme
kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang
b. Dinamisme
kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
c. Totemisme
kepercayaanmenghormati binatang-binatang tertentu untuk dipuja dan dianggapnya seketurunan
2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi social
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan,masyarakatnya
hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan
antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama
menghadapi kondisi alam yang berat,sehingga system kemasyarakatan yang
muncul saat itu sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam,kehidupan
masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal
inilah mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus
mengalami perkembangan khusunya pada masa perundagian. Karna pada masa
ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi
kelompok-kelompok sesuai bidang keahliannya.
3. Sistem pengetahuan
Sejak zaman Neolithikum,
masyarakat Indonesia telah mengenal pengetahuan yang tinggi, dimana
masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak
dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau
ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk
waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilmu pengetahuan,
teknologi, juga dikenal oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman
perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam sehingga pada masa
perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang
terbuat dari logam.
4. Bahasa
5. Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat
prasejarah pada zaman mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya
lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian
mengalami perkembangan yang pesat pada zaman neolithikum, karena pada
masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen.
Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni
membatik, gamelan, bahkan wayang.
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni
di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk
berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
6. Sistem mata pencaharian hidup
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih
terbatas usahanya dalam menghadapikondisi alam. Tingkat berpikir manusia
yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan
menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara berburu dan mengumpulkan
makanan.
Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai
berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan
yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dari upaya tersebut maka manusia
bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.
Masa Perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
teknik-teknik pengolahan logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat
serta keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama
perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan
Undagi.
7. Sistem peralatan hidup
Zaman Batu
Zaman batu adalah suatu periode ketika
peralatan hidup manusia secara dominan terbuat dari batu, Zaman batu
terbagi atas zaman batu tua, zaman batu madya, zaman batu baru, dan
zaman batu besar.
a. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
- Kapak genggam atau kapak perimbas berfungsi untuk menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang. Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memecah tulang, dan sebagai senjata,
- Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan tombak.
- Alat serpih (flakes) Biasanya digunakan untuk mengiris daging atau memotong umbi-umbian dan buah-buahan.
b. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Pada zaman ini alat-alat dari batu sudah mulai digosok, tetapi belum halus.
- Kapak Sumatra (pebble).
- Batu Pipisan digunakan untuk menggiling makanan, menghaluskan cat merah (seperti Nampak dari bekas-bekasnya).
- Kjokkenmoddinger adalah sampah daur (bahasa Denmark) kjokken = dapur, modding = sampah. Sampah ini berwujud kulit siput dan kerang yang menumpuk ribuan tahun sehingga membentuk bukit, tingginnya karang-karang mencapai 7 meter dan sudah menjadi fosil
- Abris Sous Roche adalah tempat tinggal zaman prasejarah yang berwujud goa-goa dan ceruk-ceruk di dalam batu karang untuk berlindung. Dari goa ini berhasil ditemukan beberapa artefak atau peninggalan prasejarah, misalnya: flakes, ujung anak panah, alat-alat dari tulang , tanduk rusa, alat-alat dari perunggu dan besi juga fosil dari manusia Papua Melanesoid.
c. Zaman Batu Baru (Neolithikum)
Pada zaman neolithikum, peralatan dari batu
sudah digosok halus karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan
mengupam. Peralatan itu antara lain sebagai berikut.
- Kapak persegi untuk mengerjakan kayu.
- Kapak bahu adalah kapak persegi, namun pada tangkai diberi “leher” sehingga menyerupai bentuk botol persegi.
- Kapak lonjong adalah kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Kapak lonjong banyak disebut sebagai kapak Irian karena banyak ditemukan di Irian (Papua).
Adapun benda-benda lain dari zaman neolithikum adalah sebagai berikut.
- Perhiasan ,
- Tembikar
- Pakaian
d. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
- Menhir, digunakan sebagai media untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang.
- Dolmen digunakan untuk meletakkan sesajian dan pemujaan kepada nenek moyang. Ada pula sebagai tempat menguburkan mayat.
- Sarkofagus atau Keranda merupakan peti mayat yang terbuat dari batu.
- Kubur batu, adalah peti mayat dari batu,
- Punden berundak, digunakan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang.
- Waruga, yaitu kubur batu yang berbentukkubus atau bulat. Bangunan ini terbuat dari batu besar yang utuh.
- Arca atau patung yaitu bangunan yang terbuat dari batu besar berbentuk binatang atau manusia yang melsmbsngkan nenek moyang serta dipuja-puja.
2. Zaman Logam (Perundagian)
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya.
a. Zaman tembaga
b. Zaman perunggu
c. Zaman besi